1.
Q :
Teman2, saya butuh banget pendapat teman2 tentang 2 hal yg sedang saya hadapi:
(1. )Anak pertama saya nanti akan naik kelas 2 SD & anak ke 2 akan naik TK A.
Bagaimana caranya saya membagi konsentrasi dalam mengajari anak pertama & kedua saya yg beda tingkatan seperti itu dalam waktu yg bersamaan ya?
Lalu sebaiknya mereka belajarnya semeja atau pisah meja?
(2. )Selama ini waktu kami HS, anak ke 3 saya sedang nap time. Tapi sebulan terakhir ini sejak dia umur 2 tahun, dia uda ga mau lagi nap 2x, jadinya cm 1x di sore hari.
jadinya HS kami cukup kacau dengan kehadiran adik ke 3 ini, karena dia suka manjat ke kursi saya minta gendong dan mengacaukan barang2 di meja.
Kalau saya lagi bacain buku untuk kakak2nya, dia juga ambil buku lain mau saya bacakan. Pas saya beralih perhatian bentar untuk bacain buat dia, belum selesai 1 hlm, dia uda minta ganti hlm.
Lalu saat saya balik mau bacain buat kakak2nya, dia kembali minta bacain lagi, gitu2 trs sampai kami kesulitan banget untuk nerusin bacanya.
Sedangkan saya tidak punya orang lain di rumah untuk khusus handle si kecil selama kami HS. Bagaimana ya?
A :
Selamat malam kak
Wah, saya kirim pelukan virtual dulu🫂🫂
Keren kakak masih teguh untuk homeschooling dengan kondisi yang sangat menantang seperti itu.
Salam kenal lagi ya kak.
Saya elsa mur,di solo.
Ibu IRT dg 4 anak HS, usia 11,8, 6 dan 2 tahun.
Kasus kita mirip2 nih kak.
6 bulan lalu, alhamdulillah kami bisa titip si bungsu ke ART tetangga saat sesi akademis.
Tapi baru seminggu ini, si mba ART nya sudah pindah ke kota lain.
Jadi saya juga sedang memikirkan bagaimana kelanjutan sesi akademis kami.
Sebelum ada ART, sama seperti kakak, kebetulan jadwal tidur siangnya bertepatan dengan jadwal akademis.
Pernah ada beberapa kali kondisinya tidak mendukung. Si bungsu tidak bisa tidur sesuai jadwal.
Sementara jadwal belajar akademis sudah datang.
Jadinya kami sesi akademis sambil si bungsu digendong.
Pernah juga kami mencoba bergantian, saat anak pertama akademis, maka anak kedua yang mengajak si bungsu main. Dan sebaliknya.
Namun untuk usianya yang sekarang, kalau digendong selama sesi akademis saya yang tidak kuat. Sedangkan jadwal tidur siangnya juga sudah tidak bertepatan dengan jadwal akademis.
Sejauh ini yang saya lakukan adalah menerima- berdamai dengan keadaan agar bisa tetap rileks dan berdiskusi dengan kakak-kakaknya.
Plan A, kami ingin mencari ART baru, minimal untuk menjaga si bungsu selama sesi akademis.
Kalau tidak juga ketemu ART kami mungkin kembali menjaga bergantian atau sambil saya gendong.
Dan tentu juga dengan meminta kelapangan hati kakak-kakaknya, agar mereka bersedia mengerjakan tugas akademis tetapi tetap saya pantau sambil menjaga si bungsu.
Sejauh ini masih diusahakan, agar subuh si bungsu sudah bangun, lalu selama 2 jam main diluar rumah.
Jadi saat jam 10 (jadwal akademis) dia sudah lelah dan bisa tertidur.
Kurang lebih begitu kak, maaf kalau jadinya malah curhat juga.
Kebayang menurut saya, kakak lebih repot.
Karena anak ke 1 dan ke 2 juga belum bisa dititipi menjaga si bungsu.
Semangat ya kak, semoga bisa menemukan orang yang bisa dititipi si bungsu jadi kakak bisa fokus pada kakak-kakaknya atau solusi lainnya.
Mau ga mau, untuk kesejahteraan bersama, lebih baik cari bantuan kak.
Ketika kita terlalu memaksakan diri, yang merasakan tekanan ga hanya kita ibunya.
Kakak2 nya pun jadi tertekan.
Sebagai homeschooler mom, jantung rumah dan pendidikan anak2.
kita jangan terlalu keras pada diri sendiri kak🤗🤗.
Ini saya ngomong sama diri sendiri sebenarnya. Karena saya termasuk yg males pakai ART😬
Bagaimana caranya saya membagi konsentrasi dalam mengajari anak pertama & kedua saya yg beda tingkatan seperti itu dalam waktu yg bersamaan ya?
Lalu sebaiknya mereka belajarnya semeja atau pisah meja?
Maaf yang ini belum terjawab tadi kak.
Dalam praktiknya, saya mengajar cursive, aritmatika dll pada anak usia 11 dan 8 tahun.
Yang saya lakukan saya ganti2an fokusnya kak.
Saat saya fokus ke anak 11 tahun, misal saya sedang membacakan buku untuknya lalu memintanya untuk bernarasi.
Maka saat itu saya minta anak yang usia 8 tahun untuk mengerjakan latihan menulis halus kak.
Jadi kami semua ada di satu meja.
Sebelumnya udah saya buat capek dulu mereka, dg sepedaan atau aneka kegiatan fisik di luar.
Jadi energi nya sudah teralirkan. Bisa lebih mudah fokus.
Klo ga gitu bisa sambil becanda, berantem dll
****
2. Q :Saya juga sedang di fase yg sama.
Kalau bacain kaka(4,5y), adik gak sabar buka buka halamannya.
Akhirnya endingnya Paling bisa bacain kaka bentar aja.
Abis itu ngeladeni adiknya (23m) baca buku yg lebih suka gambar gambar di bukunya.
Paling kalau pas kaka ngaji, karena ngaji di tpq bisa ada waktu Qtime sama adek 30 menit.
Pas adek bobo, ada waktu Qtime sama kaka sama 30 menit.
Selebihnya main bebas, mereka main sama sama.
Masih 2 ya...
Nah kalau 3 ini... Luar biasa😅
A :
Sama kak, saya juga dulu begitu waktu masih 2 anak.
Bisa ganti2an fokusnya.
Setelah sekarang 4 anak😬😬.
Kepengennya bisa ikuti anjuran ideal, 15 menit per anak per hari bisa quality time one on one.
Tapi apa daya waktu dan energi sangat terbatas.
Ditambah lagi skrg (walau sudah berusaha dihindari) saya punya beberapa tugas dan tanggung jawab selain fokus menjaga dan menjalankan proses HS anak2.
Jadi sekarang yang saya lakukan adalah berusaha mindful sepanjang hari.
Saat ngobrol sama anak 1, saya usahakan fokus dan hadir utuh.
Sambil mengamati perasaan dan kebutuhannya.
Begitu juga saat berinteraksi dg anak ke 2, ke 3 dan ke 4.
Kadang selama makan pagi di meja bersama.
Saya berusaha menatap mereka minimal 1 menit.
Menatap mereka dengan sepenuh hati, tanpa niat apapun, hanya untuk mengamati mereka dan bersyukur masih diberi Allah kesempatan sehari lagi untuk membersamai mereka.
Dengan seperti itu saya merasa terkoneksi dengan anak-anak.
Saya jadi bisa mengamati apa perasaan dan kebutuhannya.
Mereka pun merasa terkoneksi dan merasa diperhatikan.
Sehingga tidak ada yang emosian atau rewel.
Kuncinya memang di kita, ibunya sih kak.
Saat kita terkoneksi dengan diri kita, apa perasaan kita, apa kebutuhan kita.
Kita jadi lebih punya gambaran harus melakukan apa.
Sehingga kita jadi lebih mudah membuat hari terkelola.
***
3. Q :Jujurly membersamai dua anak HSUD dengan status wfh tanpa ART dan tinggal di rantau cukup membuat hati kadang bergejolak.
Bersyukur sekali pagi ini bisa baca sharingnya kakak²
A :
Wah kebayang kak..
Antara anak yg selalu ngajak main, dan deadline menari2 di kepala.
Mau minta tolong jagain anak bentar, ga tau mau minta ke siapa.
Memberikan anak2 screentime terlihat begitu menggoda.
Wah semangat kakk.
Kalau mau keluarin unek2 boleh disini..
Insyaallah walau ga dapat solusi kita bisa puk puk bareng secara virtual.
Kalau saya pribadi, ngejar segala deadline di saat bangun dini hari.
Teknisnya :
saya usahakan jam 5 sore kami sudah makan malam, jam 8 kami semua sudah tidur.
Mentok2 jam 9 saya sudah tidur.
Sebelum tidur saya minum segelas air madu (supaya bangun tidur bertenaga) dan menulis 3 hal yang akan saya lakukan saya bangun tidur nanti.
Biasanya saya kebangun sekitar jam 2 atau 3 tanpa alarm krn sudah antisipasi dg niat (supaya mental ga mager) dan suplemen (supaya badan ga ada alasan males krn capek).
Jam 2 atau 3 hingga subuh, itulah waktu produktif saya kak.
Hasilnya, deadline terlaksana, dan selama jam kerja sbg ibu profesional 7 to 7 (jam 7 pagi hingga jam 7 malam) saya bisa fokus ke anak.
Tapi sebelum zuhur atau setelah makan siang saya ajak anak2 istirahat, masuk kamar semua, kamar dikunci dan dipastikan aman, lalu saya tidur minimal 15 menit.
Tapi itu terlaksana klo bayi2 saya lagi ga ada yg ngajak begadang kak.
Kalau kondisi tidur saya sedang kurang, saya prioritaskan tidur dulu.
Tapi kalau deadline nya sudah super mepet, saya begadang.
***
4. Q: Mbak apa semua sesi HS mbak handel sendiri ?
A:
Ga kak.
Yang sama saya belajar calistung dasar saja,
Math, pakai website ixl dan matific, sedangkan les matematikanya via zoom.
English sama reading eggs, pernah nyoba kursus online juga.
Sedangkan belajar membaca Quran saya leskan mereka sama ponakan yg datang ke rumah 3x seminggu (tapi pas awal2 sama saya).
Sedangkan Renang, sama pelatihnya.
***
5. Q:
Masyaallah.
Saya sangat senang membaca sharing2 nya. Salam kenal semua.
Saya Nova.
Selama ini saya hanya menyimak di grup ini, karena saya masih mempelajari dan mendalami homeschooling itu apa.
Saya berpikir kalau mau HS harus dipikirkan matang2. Karena emosi harus stabil, harus konsisten, disiplin, dan jangan setengah2.
Sejauh ini saya masih berpikir, “mampu kah saya?”.
Karena jujur masih tidak pede 🥹 tapi dihati saya, saya ingin sekali membersamai anak, hadir secara penuh dihari-hari mereka.
Bismillah saya akan terus belajar.
Melihat keluarga2 yang homeschooler disini saya sangat salut.
A:
Halo kak Nova, salam kenal kak.
Semangat kak,
Percayalah kak..
Aneka poin2 :
mampu ga saya?
Bisa disiplin ga ya saya?
Bisa ga ya emosi saya stabil terus?
Bisa ga saya konsisten?
Dan aneka keraguan2 lainnya itu,
Sampai detik ini pun masih sering mampir bahkan mondar mandir di kepala saya kak ( terutama kalau sedang ga jalanin ceklist harian saya).
Saya yang udah terjun sejak 10 tahun lalu saja masih merasa begitu kak.
Ada beberapa hal yang membuat saya tetap bertahan.
1. Kalimat penguat yang selalu rapalkan adalah :
Man jadda, wa jada
Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.
Ketika kita berniat untuk sungguh2, insyaallah keberhasilan akan datang. Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Pepatah klise, tapi ajaib masih terus berlaku hingga sekarang.
Raising our child, raising ourselves
Mba Lala dan mas Aar sering sekali mengulang, modal "mau belajar" dan "terus bertumbuh jadi lebih baik" aja..tuh sudah sangat cukup untuk memulai homeschooling.
Karena kan memang sejak jaman nabi Adam, semua keluarga pada dasarnya homeschooling kan kak.
Semua pendidikan dasar anak dipegang oleh keluarga.
Setelah era revolusi industri baru homeschooling menjadi sesuatu yg asing.
Sebenarnya homeschooling bukanlah hal baru, kita hanya kembali pada cara hidup yg alami.
Orang tua yang mendidik anak2, orang tua yang selalu dekat dengan anak-anak.
Karena memang ternyata, berdasarkan penelitian bonding kedekatan orang tua dan anak ini modal besar untuk anak bisa bertahan hidup di dunia yang keras ini.💪🏻
2. Punya support system (lingkungan dan aneka kebiasaan yg melekat dalam keseharian)
Apalagi alhamdulillah jaman now, kita bisa punya support sistem secara online.
Ada Rumah Inspirasi terutama.
Di sini sudah paket lengkap menurut saya.
Dalam keseharian semangat dan pede saya sebagai ibu Hs juga kadang naik dan kadang turun.
Tapi saya selalu jadikan kebiasaan bahwa, setiap hari, minimal saya harus nyimak 1 podcast dari Rumah Inspirasi.
Sekali seminggu saya ikut zoom baik dari Rumah Inspirasi ataupun zoom lainnya terkait parenting atau pendidikan atau hal lainnya yang mendukung pertumbuhan pribadi saya.
Poin2 tersebut, jadi bahan bakar saya untuk tetap semangat, rileks dan optimis menjalani hari demi hari.
Walau tetap saja ada hari-hari dimana saya kelepasan emosi. Terus bagaimana?
Ya gpp, kita terima kita itu manusia utuh, yg punya latar belakang kehidupan sebelumnya.
Kita bukan AI yang begitu dimasukin semua materi belajar, langsung bisa menguasai dg sempurna.
Sebagai manusia, begitu dapat materi parenting, ternyata kita ga bisa praktekin secara "plek ketiplek".
Ya gpp, itu krn kita manusia, ada sejarah hidup kita yg membentuk kita.
Yang penting kita menyadarinya, dan membawanya pada sesi refleksi apakah ini baik, seharusnya bagaimana.
Apakah kita perlu sesi khusus melepas luka batin atau luka pengasuhan, dst..
Bahkan, hal2 spt ini saya bicarakan dg anak2.
Setelah situasi tenang, saya meminta maaf, telah kelepasan emosi.
Saya jelaskan maksud saya apa dst..jadi anak2 tahu. Kita mungkin sempat terpedaya impuls, tapi setelah kita sadari, kita berusaha untuk lebih baik, dan berusaha belajar lagi.
Jadi memang sebenarnya homeschooling itu secara proses sebenarnya kita yang belajar, kita yang bertumbuh, lalu atmosfer nya kemudian menular ke anak2 kak..
Karena ada Waktu kebersamaan yang menjadi mediumnya.
Dg homeschooling kita punya lebih banyak waktu untuk menghadirkan atmosfer itu pada anak2.
Dan anak2 ga bisa dibohongi.
Krn atmosfer itu dirasakan anak, bukan lewat ceramah.
Wah maaf kak kepanjangan 🫣
***
7. Q: Sama saya kadang masih maju mundur 🥲, ragu ragu tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anak
Menurut saya, Dalam menjalani homeschooling (pengasuhan) kita perlu mengimani kak.
A:
Menurut saya, dalam menjalani homeschooling ataupun pengasuhan kita perlu mengimani Kak.
Imani, bahwa Allah menitipkan anak pada kita, pasti sudah disesuaikan dg kondisi kita.
Dari seluruh wanita di muka bumi ini, kitalah yg dipilihkanNya sebagai ibu.
Tempat ter-aman, ter-nyaman dan sumber pendidikan awal anak-anak.
Artinya kitalah yg paling tepat, kitalah yang paling terbaik dalam mendidik anak kita.
Seperti kita mengimani bahwa setiap makhluk yang diciptakan Allah sudah dijamin Allah rezekinya.
Begitu juga dg titipan Allah pada kita.
Ketika Allah menitipkan anak pada kita, artinya semua sudah diperhitungkan bahwa kitalah yg paling cocok mendampingi dan mengawal proses pendidikan anak kita agar ia sampai pada potensi terbaiknya.
Yaitu menjadi khalifah di muka bumi, menjadi insan kamil.
Apapun kondisi kita, imani.
Maka saya sepakat bahwa mengasuh anak itu sejatinya kita mulai dg memperkuat tauhid (ketuhanan di agama lain) kita dulu.
Pengasuhan anak adalah perjalanan iman.
Tentu, syarat dan ketentuan berlaku yaitu : jaga frekuensi (selalu berusaha menjaga diri agar selalu taat pada Nya) dan jaga koneksi sama Allah (selalu mengingat-Nya, selalu memohon ampunan Nya).
Ketika jangkarnya Allah, insyaallah.
Allah lgsg yang menjaga proses kita agar selalu selaras dengan maksud penciptaan-Nya.
Tugas kita hanya berusaha maksimal. Sisanya serahkan pada Allah.
Jadi hidup atau proses HS kita ga berat kak.
Kita tidak perlu kebanyakan pikiran.
Lakukan saja, santai saja, nikmati saja.
Kita hanya perlu bersungguh-sungguh mengupayakan yang terbaik dan berdoa tanpa henti.
Imani : Tuhan Tahu, tapi menunggu.🤗🤗
****
8. Q : Mau tanyak apakah kak di sini pernah ada yang tes potensi anak gitu ?
Saya belum pernah kak.
Kalau yang diajarkan di Rumah Inspirasi, yang kita perlukan adalah pengamatan pada anak kak.
Nanti bisa ikut kelas lengkap atau kelas pengembangan potensi anak kak.
Ada pengembangan potensi berbasis minat dan bakat, berbasis kontribusi, berbasis keahlian dan berbasis potensi ekonomi.
Untuk lebih lengkapnya bisa buka link kelas ini :
https://member.rumahinspirasi.com/courses/pengembangan-potensi-anak/#learndash-course-content
Sepertinya kakak merasa ragu karena butuh kejelasan ya.
Dan ada rasa khawatir juga karena butuh kepastian akan masa depan anak2 agar bisa mengantarkannya pada masa depan terbaiknya.
Apakah langkah yang diambil skrg sudah tepat atau belum.
Semangat kak..
Semoga kakak segera mendapatkan clarity ya kak🤗🤗
0 Komentar