Cerita di Balik Layar, Pindah Seisi Rumah Melintasi 2 Pulau (Dalam Waktu 2 Hari)

 




    Alhamdulillah, ternyata saya bisa juga mengurus pindahan alias boyongan seisi rumah dari Kalimantan ke Sumatera dalam waktu 2 hari saja. Bagi yang lain mungkin ini hal biasa, tapi bagi saya ini sungguh sesuatu sekali.


     Sebuah proses yang harus dimulai dari mencerna kabar yang benar-benar membuat kaget, menata otak yang mendadak jadi berantakan, sampai mengikhlaskan barang-barang isi rumah yang belum sempat dijual dan kalau dibawa pindah ongkos kirimnya hampir sama dengan ongkos beli baru plus ada kemungkinan rusak pula.


    Kronologisnya, saya dikabari Sabtu jam 9.30 malam, hari Minggunya kami masih harus pergi kondangan dan keliling kota untuk mengurus beberapa keperluan. Hari Seninnya barang sudah harus dijemput oleh cargo (saya pakai jasa cargonesia). Selasa pagi, kami sekeluarga_beserta barang-barang yang akan dipakai selama di penginapan (menjelang dapat kontrakan)_ sudah naik pesawat ke Padang.


Dalam 2 hari itu, Minggu dan Senin  itupun kami sambil masih sibuk kemana-kemana mengurus berbagai hal. 

Sambil tetap lanjut proses HS, dan membantu beberapa keperluan komunitas yang juga mendesak . Serta sambil mengurus beberapa keperluan dan kewajiban sebagai ibu-karyawan-kantor-suami.


Untuk tetap waras dan menjalaninya dengan otak dan hati yang terkelola, ada hal-hal esensial yang saya lakukan, yaitu :


  1.  Mohon Doa dan Ridho Keempat Orang Tua

Kedua mertua dan ibu saya Alhamdulillah masih hidup. Kami telpon memohon doa dan keridhoan hati beliau bertiga. Alhamdulillah beliau semua senang dan ridho dengan kepindahan kami dari Balikpapan ke Padang.


    Sedangkan untuk papa yang telah tiada, saya hanya bisa mendoakan lebih banyak serta membacakan istighfar yang banyak untuk beliau. Berharap aliran amal sholih yang saya ikhtiarkan bisa memudahkan urusan beliau dan membuat beliau ridho atas saya.


    Walaupun sambil sesekali menangis karena rindu dan ingin berbagi kabar bahagia, karena penempatan kami di Padang sebenarnya adalah doa beliau di tahun 2019 saat terakhir saya bertemu beliau sebelum meninggal.


    Saya berasal dari Padang, sejak kecil sampai kuliah saya di sana.  Orang tua dan keluarga besar saya semua berada di sekitar kota Padang. Jadi kepindahan ke Padang sebenarnya adalah sebuah moment mudik yang istimewa. Jika biasanya kami hanya mudik beberapa hari paling lama seminggu. Sekarang mungkin bisa setahun  atau lebih (semoga setidaknya bisa sampai 3 tahun, mohon doanya ya Teman-Teman). 

Sejak kuliah saya merantau dari kota Padang, dan sejak menikah saya pun mengikuti suami hidup nomaden mulai dari Tasikmalaya, Banjarmasin, Depok, Balikpapan, dan sekarang mampir di Padang.


Prinsip kami, asalkan keempat orang tua ridho dengan kami, Insyaallah semua urusan kami akan lancar selancar-lancarnya. Kami berusahan menjalankan nasihat para alim ulama bahwa, keridhoan dan rahmat Allah ada di atas ridho orang tua. Tanpa rahmat Allah kami tak bisa apa-apa.

Keridhoan dan rahmat Allah ada di atas ridho orang tua.

(Disclaimer  kami bukan anak baik, bukan siapa², kami hanya mengusahakan yang terbaik yang kami bisa dengan segala kekurangan dan kelemahan kami).


2. Alfatihah dan Istigfar yang Banyak. 

    Semakin saya bingung dan merasa zonk,  semakin banyak saya membacanya. Karena saya hanya hamba Allah yang lemah dan lalai. Tanpa Allah saya bukan apa². 

(Disclaimer lagi : saya bukan orang alim, bukan orang sholih, hanya orang biasa yang tak bisa apa² tanpa Allah).


    Masyaallah, selama saya mengamalkan kedua hal ini, membaca Alfatihah tanpa henti disertai istigfar sambil melakukan segala aktifitas. Saya merasa masalah yang saya hadapi jadi terangkat bebannya, berbagai petunjuk dan pertolongan pun begitu mudah datang dengan “clear”.


    Benar kata asatidz, saat kita menjaga diri dengan selalu memohon ampun dan selalu memohon petunjuknya dengan dzkir. Koneksi atau hubungan kita dengan Allah jadi super lancar, ibarat sambungan telepon, dengan dzkir ucapan dan perbuatan, telepon kita dengan Allah selalu tersambung.

Ketika koneksi kita dengan Allah selalu "tersambung", insyaallah segala urusan dimudahkan-Nya


    Setiap butuh apapun tanpa perlu “Dial”, Allah dengan cepat memberi jalan. Masyaallah, saya sampai menitikkan air mata menuliskan ini. Semoga tulisan ini membuat saya semakin tunduk dan bergantung kepada Allah.


    Saya sungguh masih fakir dalam ilmu agama, tapi dengan menerapkan ilmu yang sedikit ini, pengaruhnya dalam setiap permasalahan hidup saya sungguh luar biasa.     


    Walaupun dalam perjalanannya, tak jarang juga saya lalai melakukannya karena ter-distraksi berbagai hal duniawi. Tapi biasanya setiap kali lalai, Allah selalu “menegur” dengan menghadirkan masalah yang membuat saya kembali memohon dan bergantung pada-Nya. Semoga setiap rintangan dapat menjadi tantangan yang membuat saya semakin bergantung dan memohon pertolongan dari Allah SWT.

    Semoga tulisan saya ini juga bisa mengantarkan teman-teman pada pertolongan Allah yang begitu dekat.


    Oiya, sebagai tambahan, siapa tahu teman-teman juga ingin mencoba, membaca sholawat sambil beraktifitas dalam keseharian juga sangat, sangat besar pengaruhnya bagi kelancaran kehidupan saya. Untuk teori tentang berbagai macam manfaat dan syafaat dari perbanyak sholawat mungkin kita bisa menemukannnya di banyak tulisan para alim ulama. Saya disini hanya berbagi hasil eksekusi saya selama ini. Masyaallah, manfaatnya sungguh luar biasa dalam mendekatkan hati dengan Allah.


    Bagi saya kehidupan dunia ini sungguh berat, dengan perbanyak Alfatihah, istigfar sholawat dan aneka jenis dzkir lainnya dari hasil yang saya terapkan. Hasilnya sungguh luar biasa. Agar tak lupa dan menjadi kebiasaan, saya menargetkan setidaknya ada 70 istigfar dan 100 sholawat saya dalam sehari.


Walau dalam praktiknya seringkali saya lalai, tapi tenang, biasanya Allah akan “menegur” dengan cara yang indah.


3. Belajar hidup qonaah. 


Merasa cukup dengan jumlah barang yang seadanya itu, buat saya anugrah yang besar.


    Ini sangat membantu dalam hal teknis. Barang-barang yang ada jadi sedikit karena saya mewajibkan diri untuk melakukan “decluttering” rutin setidaknya 3 menit  setiap hari. Sehingga saat pindahan pun barang yang diurus jadi lebih sedikit. Meminimalisir kerepotan, ongkos kirim cargo pun juga jadi lebih sedikit.


    Selain itu belajar hidup qonaah juga sangat melegakan dalam hal ketenangan jiwa serta sangat membuat otak saya jauh lebih minim distraksi sehingga fokus pun jadi lebih mudah. Serta ini bisa mengurangi kesibukan  para penderita OCD yang terobsesi dengan rumah rapi.


    Semakin banyak barang, semakin banyak beban hidup di dunia, semakin banyak pula yang harus dihisab di akhirat kelak. Ternyata inilah alasan rahasia di balik kehidupan super sederhananya Rasulullah dan para sahabat tabiin. Masyallah, ya suri tauladan warisan mereka.

Semakin banyak barang, semakin banyak beban hidup di dunia, semakin banyak pula yang harus dihisab di akhirat kelak.


    Belajar hidup qonaah ikhlas mengharap ridho Allah, juga mengurangi keterikatan hati dengan barang-barang, hal ini juga sangat membantu memudahkan kehidupan nomaden kami.

     Pilih hanya barang-barang yang essensial untuk tetap dipertahankan. Sedangkan sisanya yang lainnya ikhlaskan, anggap saja sedekah. Semakin banyak memberi akan semakin berlipat ganda menerima. Asal ikhlas dan usahakan hanya mencari ridho Allah. Semoga Allah selalu mengistiqomahkan kita di jalan ini.


    Hidup minimalis sesungguhnya tak hanya bermanfaat dalam dimensi duniawi, tetapi juga bermanfaat sekali dalam dimensi kehidupan akhirat kelak. Luar biasa ya ajaran Islam itu.



4. Menjurnal

    Ya, menjurnal membuat saya bisa menata hati dan otak dengan lebih baik.

    Secara teknis, menjurnal bisa meringankan kepala karena semua hal yang harus dilakukan jadi tertulis dan pindah ke kertas. Beban kepala mengalir melalui goresan tinta membuat hati jadi ringan, dan isi kepala jadi lebih mudah ditata.

Menjurnal membuat beban kepala mengalir melalui goresan tinta, membuat hati jadi ringan, dan isi kepala jadi lebih mudah ditata.

    Demikian pula dengan ide-ide yang berlalu lalang membuat kepala berisik. Dengan memindahkannya (menuliskannya) di halaman "mind sweep".  Saya jadi bisa menangkap ide dan mengeksekusinya kapan-kapan. Bisa juga dipindahkan ke halaman "brain dump" untuk dikelompokkan berdasarkan urutan prioritasnya.

    Saat bingung harus melakukan apa saja, saya membuat To do List, membuat daftar pengelompokkan barang, mana yang harus dimasukkan ke cargo, mana yang harus dibawa naik pesawat (serta mana yang harus masuk bagasi pesawat), mana yang akan diberikan sebagai kenang-kenangan, mana yang akan disumbangkan mana yang harus dibuang dan diikhlaskan.


5. Berlatih Mindfulness

    Saya mengikuti latihan ini bersama Rumah Inspirasi, sebuah latihan yang dilakukan agar para orang tua bisa menjalani proses pengasuhan dengan hadir sepenuh hati dan yang paling utama : membuat orang tua bisa selalu waras jauh dari reaktif atau marah-marah.


    Sebenarnya ada beberapa poin yang perlu konsisten dilatih dalam latihan mindfulness bersama Rumah Inspirasi ini, tapi dalam keseharian ada satu yang benar-benar bisa saya terapkan dalam kondisi paling tidak memungkikan sekalipun, seperti saat stress karena mendadak harus pindahan ini.


    Yaitu : berlatih nafas sadar sambil menahan wajah tetap tersenyum dengan disengaja (bukan karena sesuatu)

Praktiknya : saat sedang kegiatan apapun, sadari nafas kita, tarik nafas pelan 6 hitungan lewat hidung sambil disadari dan dirasakan, tahan 4 hitungan dan keluarkan lagi lewat hidung dalam 8 hitungan. Ulangi proses ini setidaknya 3 kali saja. Sambil tersenyum.

Lakukan sepanjang hari setiap kali teringat. 

Nafas Sadar : saat sedang kegiatan apapun, sadari nafas kita, tarik nafas pelan 6 hitungan lewat hidung sambil disadari dan dirasakan, tahan 4 hitungan dan keluarkan lagi lewat hidung dalam 8 hitungan. Ulangi proses ini setidaknya 3 kali saja. Sambil tersenyum



Begitulah sedikit cerita di balik layar kisah saya sebagai emak nomaden homeschooler.


Tanpa Allah saya tak bisa apa-apa.


Terima kasih atas bantuannya teman-teman semuanya.


Alhamdulillah Allah berkenan mengirim teman-teman yang tulus selalu berada di sekitar saya. 



Padang, 

Ba'da subuh 9 Januari 2022.


(Tulisan ini adalah tulisan tanggal  28 Desember 2021 yang sudah selesai difermentasi)



#529kata yang berkembang jadi #1243kata 

#seharisatutulisan

#kumpulantulisanbundosyafiq

#garagaraklip

#catatanemaknomaden

#belajarhidupqonaah





Posting Komentar

0 Komentar